Nikah di KUA GRATIS, di luar KUA membayar Rp 600 rb, disetorkan langsung ke Bank *===* ZONA INTEGRITAS KUA, tolak GRATIFIKASI dan KORUPSI. Laporkan jika terbukti! *===* Waspadai penyebaran paham keagamaan menyimpang, awasi lingkungan! *===* Bayarkan zakat anda melalui BAZNAS maupun LAZ yang berizin! *===*
Menag: Hubungan Baik, Mudahkan Umat Beragama Jalankan Kebajikan

Kolaka (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa penguatan karakter yang dilandasi keimanan dan keluhuran budi untuk mencintai bangsa adalah modal sosial yang sangat berharga. Hal ini mengingat akhir – akhir ini kita telah banyak kehilangan kesabaran, kurangnya respek dan larut dalam dampak buruk modernisasi seperti pola hidup konsumtif dan sikap individualistis.

“Peristiwa-peristiwa disharmoni yang mengoyak kerukunan umat beragama di beberapa wilayah, baik yang terjadi di internal maupun antar umat beragama, sebagian berawal dari ketiadaan respek, kurangnya kepekaan, tidak mampu adaptif serta hanya mementingkan diri sendiri,” ucap Menag pada acara Peringatan Jubileum 100 Tahun Injil Masuk Jazirah Sulawesi Tenggara yang diselenggarakan di Mowewe Kabupaten Sulawesi Tenggara, Sabtu (13/2).
Turut hadir mendamping Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada acara tersebut Kepala Biro Umum Syafrizal, Direktur Urusan Agama Kristen Andar Gultom, dan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tenggara Mohamad Ali Irfan..
Menurutnya, keselarasan hidup yang terbangun melalui hubungan yang baik dengan sesama dan orang lain akan memudahkan umat beragama untuk melaksanakan kebajikkan agamanya. Dengan demikian, Indeks Kesalehan Sosial dan indeks kerukunan antar umat beragama diharapkan akan semakin meningkat. “Bersama komponen bangsa lainnya, umat Kristiani akan mampu mewujudkan cita-cita besar tersebut,” pesan Menag.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan refleksi 100 Tahun, mengantarkan kita untuk memiliki kemampuan membaca landscape Indonesia yang beraneka ragam. Umat kristiani dan umat beragama lainnya harus dapat menjaga keanekaragaman itu dengan menjauhkan diri dari sikap-sikap intoleran dan eksklusif.
Sehubungan itu, Menag mengajak umat Kristiani untuk menjadikan peringatan Jubileum 100 tahun Injil ini sebagai momentum tumbuhkan kesabaran, sensivitas, dan solidaritas antar anak bangsa. “Peringatan Jubileum telah memasuki 100 tahun dan menjadi warisan tak ternilai bagi kita sekalian untuk tidak hanya mengenang perjuangan dan sejarah masa lalu, tetapi mampu menginternalisasikan pesan-pesan moral Peringatan Jubileum ini,” pesannya. (ba/mkd/mkd)