Nikah di KUA GRATIS, di luar KUA membayar Rp 600 rb, disetorkan langsung ke Bank *===* ZONA INTEGRITAS KUA, tolak GRATIFIKASI dan KORUPSI. Laporkan jika terbukti! *===* Waspadai penyebaran paham keagamaan menyimpang, awasi lingkungan! *===* Bayarkan zakat anda melalui BAZNAS maupun LAZ yang berizin! *===*
LGBT Tantangan Juru Dakwah

Bekasi (Pinmas) —- Problem keumatan kini dan mendatang semakin kompleks. Penyakit sosial semakin beragam, termasuk di dalamnya adalah perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau yang dikenal dengan LGBT. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi para juru dakwah atau dai.

Pesan ini ditegaskan Menag Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan sambutan pada Musyawarah Nasional ke II Ikatan Da’i Indonesia (IKADI), di Asrama Haji Bekasi, Jumat (12/02). Hadir pada Munas yang mengangkat tema “Mengokohkan Dakwah menuju Bangsa Berkarakter Islam Rahmatan Lil’alamin, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muchtar Ali, Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat Bukhori, Ketua IKADI Satori Ismail, Wakil Walikota Bekasi, Ketua MUI Bekasi, serta jajaran pengurus IKADI.
Menurut Menag, agama tidak membenarkan perilaku LGBT di masyarakat. Karenanya, hal itu menjadi tugas dan tantangan para dai dalam memberikan pencerahan kepada mereka. “Kita harus memberikan pencerahan. Setidak-tidaknya kita bisa merangkul mereka keluar dari penyakit sosial,” tutur Menag.
“Langsung atau tidak langsung, hal akan bersentuhan dengan para dai dalam memberikan pencerahan,” tambahnya.
Kementerian Agama, lanjut Menag, akan lebih serius dalam meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan di tingkat keluarga. Menurutnya, keluarga adalah kelompok terkecil  yang menjadi banteng pengaruh globalisasi.  “Madrasah juga menjadi fokus kita dalam membentengi generasi muda, membekali mereka dengan critical thingking sehingga tidak mudah dipengaruhi faham faham yang tidak sesuai dengan Islam,” tambahnya.
Kepada para dai, Menag mengingatkan bahwa hakekat dakwah adalah mengajak ke jalan yang baik dan benar dengan cara-cara yang benar, seperti Rasullullah mengajak umat dengan lemah lembut.
Sebelumnya, Ketua IKADI, Kyai Satori Ismail mengatakan bahwa Bangsa ini sangat membutuhkan siraman ajaran Islam Rahmatan Lil’alamin sebagai penangkal radikalisme. Menurutnya, para dai sangat dibutuhkan bangsa ini dalam mendukung pembangunan di bidang keagamaan.
IKADI memiliki banyak program dalam upaya membina umat, antara lain: majelis qur’an di seluruh Indonesia yang diadakan setiap pekan. “Tantangan IKADI ke depan adalah membentuk pesantren-pesantren,” terangnya. (rd/mkd/mkd)