Nikah di KUA GRATIS, di luar KUA membayar Rp 600 rb, disetorkan langsung ke Bank *===* ZONA INTEGRITAS KUA, tolak GRATIFIKASI dan KORUPSI. Laporkan jika terbukti! *===* Waspadai penyebaran paham keagamaan menyimpang, awasi lingkungan! *===* Bayarkan zakat anda melalui BAZNAS maupun LAZ yang berizin! *===*

News Bimas

Rabu, 09 Agustus 2017, 12:18


Muhammadiyah Amin: Wakaf Bukan Hanya Urusan Masjid dan Kuburan
Prof. DR. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag, Dirjen Bimas Islam

Jakarta, bimasislam— Direktur Jenderal Bimbinga Masyarakat Islam Kementerian Agama Muhammadiyah Amin menyesalkan, pemberitaan media massa mengenai wakaf masih minim. Hal ini antara lain disebabkan karena media dan masyarakat secara umum mengenai wakaf masih terbatas.

"Banyak yang masih mengira wakaf itu urusanya hanya sekolah, masjid dan kuburan. Padahal aset wakaf ini besar sekali dan bisa dikelola secara produktif," kata Dirjen Bimas Islam di sela acara "Media Gathering dan Launching Pedoman Akuntansi Wakaf" yang diselenggarakan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) di Jakarta, Selasa (8/8).



Ia memaklumi bahwa selama ini sosialisasi mengenai wakaf masih kurang. Khotbah dengan tema wakaf hampir tidak ada. "Kalau tentang zakat kadang masih ada meskipun jarang sekali. Nah yang tentang wakaf ini tidak ada," katanya.

Karena itu ia mendukung upaya BWI menggandeng para pelaku media massa sebagai upaya perluasan sosialisasi mengenai Wakaf. Wahyu Muryadi, mantan pemimpin redaksi Majalah Tempo yang hadir juga mengungkapkan bahwa berita mengenai wakaf memang belum menarik bagi media massa.

Padahal potensi wakaf di Indonesia sangat besar. Robbyantono, divisi pemberdayaan wakaf BWI mengungkapkan, aset wakaf di Indonesia yang berupa tanah seluas 4.359 kilometer persegi, atau hampir 10 kali lipat dari luas wilayah DKI Jakarta atau negara Singapura. Sementara potensi wakaf yang sangat besar dan terus berkembang adalah wakaf uang.

Untuk memaksimalkan produktifitas wakaf, menurut Muhammdiyah Amin, para nadzir atau pengelola wakaf harus mempunyai wawasan interpreneur. "Contoh sederhana, misalnya tanah wakaf di samping kampus bisa dikelola menjadi kos-kosan. Di sini ada KH Tholchah Hasan yang punya pengetahuan menjadikan wakaf produktif," katanya.

Dirjen Bimas Islam imemaklumi bahwa selama ini sosialisasi mengenai wakaf masih kurang. Khotbah dengan tema wakaf hampir tidak ada. "Kalau tentang zakat kadang masih ada meskipun jarang sekali. Nah yang tentang wakaf ini tidak ada," katanya.

Pada kesempatan itu Ketua Badan Pelaksana BWI Slamet Riyanto meluncurkan Buku Pedoman Akuntansi Wakaf. Menurutnya, pengelolaan wakaf yang akuntabel menjadi kunci pengembangan wakaf.

(anam/bimasislam)